SAP NEWSBYTE – 22 April 2020 –SAP SE (NYSE: SAP) hari ini mengumumkan laporan penelitian baru, dalam kemitraan dengan Oxford Economics, yang temuannya memberikan wawasan yang sangat tepat waktu untuk membantu perusahaan meminimalkan gangguan pada rantai pasokan mereka, bahkan dalam krisis.
“Dunia tempat kita hidup, sementara sering bergolak, baru-baru ini telah berpaling dengan dampak COVID-19,” kata Martin Barkman, senior Vice President SAP dan Head of Digital Supply Chain, Solution Management. “Situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini telah menyebabkan gangguan parah pada rantai pasokan, menjadi bagi bisnis untuk mengirimkan produk tepat waktu dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Sekarang, lebih dari sebelumnya, kami membutuhkan rantai pasokan yang tangguh.”
“Situasi ini menuntut bisnis di Indonesia untuk membuat keputusan yang tepat dan tepat waktu mengenai kualitas dan biaya karena kondisi pasar bergeser dengan cepat karena pandemi COVID-19,” kata Andreas Diantoro, Managing Director PT SAP Indonesia.
Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa produksi pabrik mengalami kontraksi pada level kuartal pertama tahun ini sebagai akibat dari lemahnya permintaan dan gangguan pada rantai pasokan. Menurut survei BI-PMI, hampir semua sektor manufaktur jatuh kecuali untuk makanan, minuman dan tembakau. Namun, bank sentral memproyeksikan bahwa kegiatan manufaktur akan sedikit pulih pada kuartal kedua tahun 2020 menjadi 48,79 persen, didorong oleh ekspansi dalam volume pesanan dan indeks volume stok barang.
KOPI GRAFIKA INDONESIA