PENYIMPANGAN DENSITAS “WARNA KHUSUS” PADA HASIL PRODUKSI

0
308

Ditulis Oleh H. Subardianto

Latar Belakang

Kualitas adalah hal yang fundamental, menjadi fondasi bagi daya jual produk yang menentukan penerimaan konsumen akan produk ataupun penerimaan publik terhadap brand suatu perusahaan.

Kualitas yang baik, akan menghasilkan kepuasan konsumen terhadap produk suatu perusahaan. Kepuasan merupakan cikal bakal timbulnya rasa loyalitas konsumen terhadap produk dan brand perusahaan sehingga akan menimbulkan kepercayaan dan pembelian yang berkelanjutan. Tumbuhnya loyalitas pada pelanggan memberikan dampak positif bagi sebuah bisnis. Dalam jangka panjang, loyalitas dari pelanggan akan menguntungkan. Sebagai contoh, pelanggan bersedia membayar harga lebih tinggi, dan pelanggan bersedia merekomendasikan ke pelanggan yang baru.

Pada proses produksi grafika, warna dihasilkan dari proses cetak yang mana proses cetak pada industri grafika terdiri dari 4 jenis menurut bentuk acuannya, dan yang masih populer dan paling banyak digunakan dari ke 4 teknik tersebut adalah teknik cetak datar atau ofset. Pencapaian kualitas cetak yang baik di tentukan oleh 3 hal, yaitu register, densitas, dan atribut lain. Yang dimaksud dengan atribut lain adalah hickeys, tinting, scumming, doubling, hal lain yang tidak dikehedaki ada pada hasil cetak.

Salah satu masalah yang sering dijumpai pada proses cetak adalah penyimpangan warna. Hal ini tentu sangat merugikan dalam segi biaya, waktu, dan juga tenaga karena hasil yang menyimpang warnanya harus diganti dengan yang layak untuk diberikan kepada konsumen. Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan warna tersebut pasti terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya pada proses cetak.

Hal ini tentu sangat merugikan dalam segi biaya, waktu, dan juga tenaga karena hasil yang menyimpang warnanya harus diganti dengan yang layak untuk diberikan kepada konsumen. Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan warna tersebut pasti terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya pada proses cetak. Warna merupakan karakteristik kualitas dari hasil cetak yang paling di perhatikan

Densitas merupakan salah satu unsur pencapaian warna yang dapat diukur dari suatu proses pencetakan, penyimpangan – penyimpangan yang terjadi dapat dianalisis dan dikontrol sehingga penyimpangan tersebut dapat dikurangi.

Kualitas

Menurut ISO 9000:2008, kualitas adalah derajat yang dicapai oleh karateristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan. Sementara itu Kotler (2005: 57) mendefinisikan kualitas adalah keseluruhan sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Melalui pengertian dan teori ini dapat diketahui bahwa suatu barang atau jasa akan dinilai bermutu apabila dapat memenuhi ekspektasi atau keinginan konsumen akan nilai produk yang diberikan kepada konsumen tersebut. Keinginan konsumen yang dimaksud disini adalah keinginan konsumen yang telah di persyaratkan dalam spesifikasi produk yang menjadi karakteristik produk tersebut dan harus dipenuhi oleh produsen.

Dalam industri grafika khususnya pada produksi cetak, pencapaian karakteristik berarti pendekatan suatu output cetak terhadap spesifikasi warna yang ditentukan.

Dalam produksi cetak, konsistensi reproduksi dan pencapaian warna menjadi faktor yang beriringan dengan kualitas.

Warna

Warna merupakan fenomena optik yang terjadi karena adanya tiga komponen yaitu cahaya, objek dan observer/pengamat (dapat berupa mata kita ataupun alat ukur). Untuk dapat melihat warna, kita membutuhkan cahaya dan dua hal tersebut yang berkombinasi. Jika salah satu komponen ditiadakan maka kita tak dapat melihat warna.

Densitas

Secara sederhana densitas dapat diartikan sebagai kepekatan warna. dalam buku yang di tulis oleh Fred Bunting (1998) menjelaskan bahwa densitas adalah nilai hasil penghitungan yang merepresentasikan kemampuan dari suatu permukaan atau material untuk menyerap cahaya. Seperti dijelaskan di atas nilai densitas dari suatu permukaan atau lapisan tinta didapat dengan metode densitometery.

Ink Film Thickness (Ketebalan tinta)

Dalam ISO 2846-1 ketika mencetak dengan kertas art paper, fokus warna yang benar dapat diperoleh jika tebal tinta yang diterapkan/dicetakkan di permukaan kertas diantara 0.7 hingga 1.1 mikrometer.

Densitometry

Densitometry dapat diartikan sebagai ilmu untuk mengukur densitas dari suatu lapisan tinta. Metode ini, merupakan cara yang tepat untuk mengontrol densitas dan persentase  raster pada proses cetak.

Prinsip Pengukuran Densitometer

Tinta bersifat tembus cahaya, pancaran cahaya yang mengenai hasil cetak akan melewati lapisan tinta sebelum mencapai permukaan kertas. Pada saat melewati lapisan tinta komponen warna tertentu pada cahaya diserap oleh pigmen, kemudian ketika cahaya mencapai permukaan kertas cahaya tersebut dipantulkan kesegala arah. Bagian dari cahaya yang dipantulkan tersebut akan kembali melintasi lapisan tinta dan diserap oleh pigmen untuk kedua kalinya. Terakhir, Sisa dari cahaya yang memantul akan mencapai alat ukur yang kemudian akan dikonversi menjadi data digital dan munculah angka dari densitas lapisan tinta yang diukur tersebut.

Densitometer Value

Meski mata manusia dapat melihat perbedaan kepekatan antara satu lapisan tinta dengan lapisan lainnya, namun perbedaan tersebut hanya dapat diinterpretasikan sebagai kesan atau sensasi dalam benak yang sangat sulit untuk dikomunikasikan kepada orang lain saat proses cetak. Maka dari itu densitometer hadir sebagai alat yang mendefinisikan densitas dari suatu lapisan secara numerikal. Densitometer menghitung density menggunakan rasio logaritma sederhana.

Statistical Process Control

Suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta penentuan dan interpretasi pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri. Metode yang dapat digunakan untuk mengontrol, menganalisa, mencari penyebab, dan membuat keputusan berdasarkan data (fakta) untuk melakukan peningkatan kualitas.

Statistical process control merupakan sebuah metode statistik untuk membantu kita melihat apakah suatu proses stabil dari satu waktu ke waktu atau terganggu karena dipengaruhi faktor khusus.

Peta kontrol pertama kali diperkenalkan tahun 1924 oleh Dr W. Andrew Sewhart.

Peta kontrol digunakan untuk menghilangkan variasi tidak terkontrol dengan cara memisahkan variasi yang disebabkan oleh penyebab umum dengan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus.

Selain itu peta kontrol juga berfungsi untuk:

Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian secara statistikal.

Memantau proses secara terum menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara statistikal

Struktur Peta Kontrol X ̅ dan R

Peta kontrol yang digunakan ialah peta kontrol  X ̅ dan R untuk data variabel.

Untuk membangun peta kontrol X ̅ dan R diperlukan nilai CL, LCL, dan UCL. Nilai CL untuk peta kontrol X ̅ dihitung dengan merata-ratakan seluruh rata-rata dari titik pengukuran atau disebut juga X-Double Bar (X ̿). Sedangkan nilai CL untuk peta kontrol R dihitung dengan merata-ratakan range dari semua sampel, disebut R-Bar (R ̅). Setelah itu tentukan UCL dan LCL batas 3 sigma dengan rumus sebagai berikut:

UCL dan LCL peta kontrol X ̅

UCL = (X ) ̿+ A2R ̅

 LCL = X ̿ – A2R ̅

UCL dan LCL peta kontrol R ̅

UCL = D4R ̅

 LCL = D3R ̅

Keterangan :

Koefisien A2, D3, D4, dan d2 dapat disesuaikan dengan jumlah titik pengukuran pada sampel.

Untuk membuat peta kontrol, diperlukan pendugaan terhadap variasi yang diakibatkan oleh penyebab umum. Terdapat beberapa jenis peta kontrol menurut jenis data yang dipakai serta tujuan penggunaannya. Data variabel menunjukan karakteristik kualitas yang mempunyai dimensi kontinu yang dapat mengambil nilai nilai kontinu dalam kemungkinan yang tidak terbatas seperti : panjang, kecepatan, bobot, volume, dan lain-lain. Dalam setiap peta kontrol, control limit dihitung dengan formula sebagai berikut :

UCL = (nilai rata-rata) + 3 (simpangan baku)

LCL = (nilai rata-rata) – 3 (simpangan baku)

Sample yang kami gunakan adalah produk dari Etiket dengan jenis warna khusus yaitu Orange HRM 12. Anggap saja hasil pengukuran sampel produk Etiket HRM 12 Orange HRM 12 adalah sebagai berikut:

                X ̿            R ̅

Nilai       1,2458   0,0685

Standar Deviasi 0,0241

Aim value  proccess : D : 1,27 ± 0,10

Lab         : L = 66,61      a = 35,04       b = 67,12

                Menentukan CL, UCL, dan LCL untuk Orange HRM 12

                CL, UCL, LCL untuk peta kontrol X ̅

Koefisien A2 untuk 8 titik pengukuran : 0,373

CL           = X ̿ = 1,2458

UCL        = X ̿ + A2R ̅

                = 1,2458 + (0,373 x 0,0685)

                = 1,2713               LCL         = X ̿ – A2R ̅

                = 1,2458 – (0,373 x 0,0685)

                = 1,2458 – 0,0255

                = 1,2203

                CL, UCL, LCL untuk peta kontrol R ̅

Koefisien D3 utuk 8 titik pengukuran : 0,136

Koefisien D4 utuk 18 titik pengukuran : 1,864

CL           = R ̅ = 0,0685

UCL        = D4R ̅

                = 1,864 x 0,0685

                = 0,1277

LCL         = D3R ̅

                = 0,136 x 0,0685

                = 0,0093

                Memplot data berdasarkan CL, UCL, dan LCL.

Berikut adalah peta kontrol dari proses reproduksi warna Orange HRM pada produk Etiket HRM:

Peta kontrol menunjukan bahwa proses reproduksi warna ini sangat tidak terkontrol, tidak menemui titik stabil dan konsisten, serta terlalu banyak fluktuasi data dengan jarak terlalu besar dan keluar dari batas kontrol. Meski begitu, peta kontrol di atas menunjukan bahwa rata-rata densitas yang mampu dihasilkan oleh proses adalah 1,25. Nilai densitas ini memiliki selisih yang kecil sekali dengan spesifikasi (1,27) yang artinya, besar kemungkinan hanya sedikit saja hasil cetakan yang memiliki nilai densitas rata-rata diluar batas limit spesifikasi atau menyimpang.

Dalam setiap proses kontrol, sebuah proses dikatakan baik ketika semua data berada dalam batas kontrol, memiliki variasi yang tidak critical, stabil, dan konsisten, namun hal itu tidak selamanya berlaku. Ada faktor lain yang mempengaruhi keputusan apakah suatu proses dikatakan terkontrol atau tidak, salah satunya rata-rata dari proses yang dihasilkan (X ?). Jika ada suatu proses yang sangat stabil, bahkan semua titik berada tepat digaris kontrol pusat (CL) namun nyatanya CL dari data tersebut jauh berada di bawah atau di atas limit spesifikasi yang ditentukan atau diinginkan pelanggan, apakah proses itu dikatakan sebagai proses yang terkontrol?, tentu tidak. Proses yang seperti itu memang benar adalah proses yang sangat baik dan presisi, namun output yang dihasilkan tidaklah tepat karena nilai yang dihasilkan bukanlah sasaran yang diharapkan.

Hal sebaliknya terjadi pada proses reproduksi warna ini, rata-rata proses tepat berada hampir di angka spesifikasi namun konsistensi dan kestabilan tidak tercapai. Apakah proses ini tetap out of control? Atau dianggap terkontrol karena semua fluktuasi berada di batas limit spesifikasi meskipun keluar dari batas kontrol.  Kurva distribusi normal berikut akan membantu menjawab apakah proses ini terkontrol atau tidak.

LSL          = aim value – toleransi

                = 1,27 – 0,10 = 1,17

USL        = aim value + toleransi

                = 1,27 + 0,10 = 1,37

Koefisien d2 untuk menghitung standar deviasi pada pengukuran 8 titik : 2,847

Standar deviasi = R ̅/d2

                = 0,0685/2,847

                = 0,0241

Berdasarkan fakta bahwa semua hasil produksi berada dalam limit spesifikasi, maka dari itu penulis simpulkan bahwa proses reproduksi warna ini baik meski banyak dari tebaran data yang melewati batas kontrol. Perlu diperhatikan bahwa dengan fluktuasi data yang seperti itu ada kemungkinan suatu saat penyimpangan yang terjadi sangat besar karena konsistensi dan kestabilan warna tak kunjung tercapai, sehingga perlu adanya perbaikan dan pengendalian yang ketat pada tingkat konsistensi dan kestabilan proses.

Penyebab Penyimpangan Densitas Warna Khusus

                Mesin cetak :

                 Kondisi sistem penintaan : kondisi rol-rol tinta, kekenyalan rol karet, penyetelan antara rol-rol dalam sistem penintaan;

                Kelancaran mesin cetak : kondisi kertas, transportasi kertas kurang lancar;

                Kertas cetak :  kualitas kurang baik, kerataan permukaan kertas, kondisi penyimpanan kertas;

                Tinta cetak : tinta tidak sesuai dengan jenis kertas, tentang kelengketan, keenceran, dll;

                Operator : ketelitian pada pengukuran density, proof cetak sempurna;

                Metode : parameter pengukuran tidak tepat, standard warna tidak tepat.

Berdasarkan analisis dan diskusi dengan beberapa pihak maka didapatlah beberapa faktor penyebab berikut :

Manusia

Faktor ini menjadi faktor yang sangat mempengaruhi karena manusia merupakan pusat kendali dari faktor-faktor lainnya. Jika faktor ini dapat dikendalikan dan juga dapat mengendalikan faktor lainnya dengan cara yang benar maka proses dari sebuah sistem akan menjadi baik. Hal yang paling perlu diperhatikan adalah, jangkauan awal dari densitas yang didapat saat cetak coba (density proof). Sebaiknya densitas dijangkau sedekat mungkin dengan spesifikasi. Jika densitas dijangkau hanya sekedar masuk dalam linkup ∆E < 3 belum tentu nilai tersebut baik untuk dilanjutkan ke proses cetak, karena jika nilai tersebut ternyata berada pada batas limit bawah spesifikasi maka sedikit saja terjadi pergeseran nilai densitas akan menyebabkan warna dari hasil cetak menyimpang dan keluar dari batas toleransi. Selain itu ketelitian dalam pengukuran juga mesti diperhatikan untuk mendapatkan hasil pengukuran awal yang tepat.

Mesin

Pada faktor mesin terdapat 2 butir penting yang perlu diperhatikan yaitu kondisi dari unit penintaan, dan Runnability mesin. Unit penintaan adalah unit yang berfungsi menyuplai tinta, merupakan bagian dari unit cetak yang primer keberadaannya. Unit ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap baik atau buruknya warna yang tercetak, sehingga perhatian dan perawatan unit penintaan pada setiap unit cetak sangat wajib untuk dilakukan. Perawatan tersebut meliputi perawatan kondisi rol-rol tinta dan penyetelan tekanan antara rol ke rol yang standar. Poin kedua adalah Runnability mesin. Runnability bisa dikatakan sebagai seberapa mampukah suatu mesin untuk melakukan proses cetak secara terus menerus tanpa berhenti/stop karena adanya masalah. Runnability suatu mesin dikatakan baik apabila mesin melakukan proses dengan sedikit sekali stop karena terjadi masalah dan sebaliknya Runnability mesin dikatakan buruk apabila proses cetak mengalami banyak gangguan sehingga menyebabkan mesin sering berhenti. Sebuah prinsip di industri cetak menyebutkan bahwa, jika Runnability mesin baik maka warna dari hasil cetak akan stabil dan hanya menimbulkan variasi yang sangat kecil.

Buruknya Runnability mesin dapat disebabkan oleh faktor teknis seperti penyetelan feeder yang tidak baik, dan gangguan pada unit feeder, maka dari itu kondisi dari feeder unit dan langkah penyetelan yang baik mesti diperhatikan. Faktor nonteknis lain seperti input material yang kurang baik juga menjadi penyebab yang memiliki pengaruh yang besar.

Material

Material (kertas dan tinta) ialah sumber daya utama yang diolah dalam proses cetak. Faktor ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas cetak secara keseluruhan. Input yang baik akan menghasilkan output yang baik maka dari itu kondisi dari faktor ini haruslah dijaga. Perubahan karakteristik pada faktor material menjadi point penting yang perlu diperhatikan sebagai penyebab menyimpangnya warna. Perubahan tersebut teridentifikasi disebabkan karena kondisi penyimpanan yang kurang baik. Berubahnya karakteristik terutama fisik kertas menyebabkan ganguan teknis yang menghambat Runnability mesin. Kertas yang menjadi bergelombang, berkerut, merekat dengan satu sama lain menjadi penyebab hambatan utama pada sistem feeder mesin, menyebabkan Runnability mesin berada pada tingkat yang rendah sehingga menghasilkan ketidak konsistenan dan penyimpangan warna. Perbaikan pada teknik penyimpanan bahan baku menjadi penting, beberapa solusi yang dapat diterapkan ialah dengan mengontrol kelembaban ruang penyimpanan pada tingkat yang baik, dan tata letak penyimpanan yang lebih baik.

Metode

Metode juga menjadi faktor penyebab yang cukup mempengaruhi penyimpangan warna. Beberapa butir penting yang teridentifikasi sebagai faktor penyebab masalah penyimpangan warna ialah, pengukuran yang salah dan kadang reference warna yang tidak berlaku. Ketika melakukan proofing fatal akibatnya jika pengukuran warna salah. Hal itu akan menyebabkan kesalahan dan penyimpangan warna dari target secara keseluruhan. Maka dari itu disiplin terhadap prosedur dan ketelitian saat pengukuran penting untuk diterapkan. Poin lain ialah reference warna yang tidak valid. Meski reference warna selalu diperbaharui, namun kadangkala penulis menemukan reference yang tidak layak untuk digunakan, hal itu disebabkan  karena adanya goresan pada permukaan reference, debu, dan noda lain yang menyebabkan kesalahan pada saat pengukuran dan menyebabkan penyimpangan warna. selain itu, kadang terjadi kesalahan penggunaan parameter yang menyebabkan hasil pengukuran menyimpang. Hal ini perlu diatasi dengan mengadakan pelatihan-pelatihan tentang pengukuran yang lebih intensif dan mendalam. @ Print Media edisi 94 Mei-Juni 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here