KERTAS Kemasan dan Fungsinya

0
379

Pesatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang seiring dengan laju perekonomian negara-negara maju mendorong setiap individu mengubah gaya hidup dan aktivitas  sehari-hari mereka, terutama di kota-kota besar. Sebagai contoh pada aktivitas  sarapan pagi,  biasanya dilakukan di rumah sebelum berangkat ke tempat kerja. Tetapi, semakin padatnya lalu lintas menyebabkan waktu tempuh ke tempat kerja menjadi lebih lama. Hal ini memaksa mereka  untuk   berangkat lebih pagi sehingga menghilangkan waktu aktivitas sarapan pagi di rumah. Akibatnya,   banyak yang melakukan aktivitas sarapan pagi dengan cara membeli makanan, terutama makanan siap saji/fast food,  dan langsung memakannya dalam  perjalanan menuju kantor. Sehingga,  saat ini sarapan pagi dengan menu fast food sudah menjadi budaya sebagian besar warga  kota metropolitan. Fast food pada umumnya menggunakan  kemasan yang mudah dan nyaman  dibawa ke mana-mana. Hal ini menyebabkan meningkatnya penggunaan kemasan. Meningkatnya penggunaan kemasan juga dipicu oleh  menjamurnya pasar swalayan yang lebih banyak menggunakan kemasan sintetis.

Jenis-jenis kemasan yang digunakan sangat bervariasi. Kemasan yang saat ini banyak beredar  di pasaran adalah kemasan dengan  material kemasan fleksibel. Hal ini disebabkan harga material   kemasan fleksibel jauh lebih murah dibandingkan dengan material kemasan kaku atau rigid, baik berbahan plastik maupun metal. Selain lebih murah, material kemasan fleksibel juga lebih ringan dibandingkan dengan jenis material kemasan lainnya, yang  berimbas pada lebih rendahnya biaya transportasi.

Kemasan fleksibel dapat dicetak dengan lebih dari 6 (enam) warna sehingga dapat menambah nilai jual  produk yang dikemasnya. Penggunaan kemasan fleksibel saat ini tidak terbatas pada produk-produk makanan dan minuman,  tetapi sudah merambah pada industri obat-obatan meski masih terbatas. Obat-obatan menggunakan kemasan fleksibel dengan  kombinasi susunan jenis-jenis material yang dapat menjamin  kualitas obat-obatan tetap terjaga hingga beberapa tahun lamanya. Jenis-jenis  material dimaksud adalah material dengan kategori “barrier material” yang  memiliki karakteristik khusus, yaitu dapat menahan kandungan gas yang ada di dalam kemasan seperti Oksigen (O2) dan  CO2, agar tidak keluar dari kemasan ataupun sebaliknya zat-zat gas dari  luar tidak dapat masuk ke dalam kemasan sehingga produk makanan, minuman atau obat-obatan terjaga kualitasnya sampai dengan masa kadaluwarsanya.

Barrier material umumnya  tidak hanya mampu mencegah keluar masuknya gas,  tetapi juga mampu mempertahankan aroma produk sehingga aroma khas produk tidak hilang dalam proses distribusi dan transportasi. Sebelum digunakan   material ini diuji lebih dahulu dengan metode pengujian O2TR (Oksigen Transfer Rate). Faktor lain yang harus diperhatikan dalam pemilihan jenis material kemasan  adalah kemampuan mempertahankan kandungan/kadar air produk yang dikemasnya selama  proses penyimpanan dan distribusi. Kandungan air suatu produk dapat berubah akibat pengaruh kelembaban udara yang tinggi di sekitarnya.  Contoh-contoh produk yang sensitive terhadap kelembaban udara antara lain: keripik singkong, keripik tempe,  dan obat-obatan dalam bentuk tablet. Produk-produk lain  yang dapat rusak atau berubah bentuk apabila disimpan terlalu lama di area dengan  kelembaban agak tinggi seperti di Indonesia adalah: harddisk, spare part motor atau mobil yang berbahan baku bukan stainless steel. Beberapa aplikasi khusus diterapkan pada kemasan dengan material fleksibel agar kualitas produk tetap terjaga, antara lain  penggunaan plastik fleksibel dengan nilai statik rendah untuk mengemas harddisk agar tidak merusak harddisk akibat  kenaikan elektrik static dari plastik.

Pada perkembangan selanjutnya,  kemasan bukan saja menjadi kebutuhan industri akan tetapi berperan sebagai nilai tambah suatu produk ekonomi. Daya saing produk di pasaran dapat ditingkatkan dengan penggunaan kemasan  yang innovative dan komunikatif. Jadi, fungsi kemasan tidak terbatas sebagai  pelindung produk,  tetapi juga sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen. Melalui kemasan, konsumen dapat mengetahui semua informasi mengenai produk yang ada di dalamnya, terutama untuk produk makanan, minuman dan obat-obatan.  Pada kemasan makanan dan minuman dicantumkan  berbagai macam informasi yang memungkinkan konsumen untuk memilih produk mana yang sesuai untuk konsumsi mereka, seperti komposisi bahan, kandungan gizi dan jumlah kalori produk.  Pada kemasan obat selain komposisi, indikasi dan aturan penggunaan juga dicantumkan kontra indikasi yang menginformasikan bahwa produk tersebut mengandung bahan-bahan atau zat khusus yang dapat memicu timbulnya reaksi alergi atau gangguan terhadap organ lain pada pengguna yang sensitif terhadap zat tersebut. Pada kemasan obat juga dicantumkan tanda khusus yang menunjukkan bahwa produk tersebut mengandung bahan baku yang sudah diubah secara genetical, sehingga berpengaruh terhadap tata cara penjualan obat, yaitu  dijual bebas, dijual bebas terbatas atau hanya dapat dibeli dengan menyertakan  resep dokter.

Tahapan Penentuan Kemasan

Untuk menentukan material dan tipe kemasan yang sesuai dengan produk perlu dilakukan beberapa tahapan kinerja agar produk dapat diterima konsumen dan memberikan kontribusi dalam hal kenaikan volume penjualan produk. Kemasan yang digunakan dibagi dalam dua kategori yaitu kemasan primer dan kemasan sekunder. Kemasan primer adalah kemasan yang bersentuhan langsung dengan produk, sedangkan kemasan sekunder berfungsi sebagai pelindung dalam proses handling dan transportasi.

Kemasan primer biasanya menggunakan  material yang disesuaikan  dengan karakteristik produk yang akan dikemas seperti produk cairan atau produk dalam bentuk padat. Kondisi penyimpanan produk merupakan faktor penting dalam penentuan tipe dan jenis material yang akan digunakan. Di samping itu, proses dan tempat distribusi produk juga menentukan tipe dan jenis material kemasan yang akan digunakan.

Tipe Kemasan

Setelah proses pengembangan suatu produk selesai,  langkah selanjutnya yang harus dilakukan produsen  adalah menentukan tipe kemasan untuk produk tersebut. Ada berbagai tipe kemasan, seperti: botol, gelas, folding box, stand up pouch atau polybag. Tipe kemasan ditentukan oleh karakteristik produk yang akan dikemas dan bagaimana produk tersebut akan dipasarkan. Produk dalam bentuk cairan dikemas berbeda dengan produk berbentuk padat atau bentuk bubuk. Selain itu, tipe kemasan produk yang dijual di pasar tradisional dikemas berbeda dengan produk yang dijual di pasar modern. Berat produk juga menentukan tipe kemasan yang digunakan. Produk dengan berat di bawah 50 gram biasanya dikemas dalam bentuk saset, sedangkan produk dengan berat  lebih dari 50 gram akan dikemas dalam bentuk polybag. Hal ini   untuk memudahkan  proses pengemasan dan merespon  perilaku konsumen yang menginginkan produk dalam porsi kecil. Produk berbentuk cairan umumnya  dikemas menggunakan botol dari bahan polymer dengan tujuan untuk memberi   kenyamanan kepada  konsumen saat  mengkonsumsi produk tersebut. Sedangkan produk-produk bubuk atau padat dikemas menggunakan kemasan dengan tipe polybag. Beberapa produk menggunakan kemasan khusus seperti kemasan blister, kemasan vakum ataupun kemasan MAP (Modified Atmosphere Packaging). Seluruh tipe kemasan tersebut dirancang demi kenyamanan dan kepuasan pelanggan.

Material Kemasan

Setelah penentuan tipe kemasan dilakukan dan disetujui oleh pihak marketing, langkah selanjutnya adalah menentukan jenis material kemasan yang akan digunakan. Penentuan jenis material kemasan primer biasanya mengacu pada beberapa faktor terkait dengan kualitas produk yang akan dipasarkan. Untuk produk-produk yang langsung  dikonsumsi, faktor paling dominan dalam menentukan jenis material kemasan adalah masa kadaluwarsa produk tersebut. Karena,  salah satu fungsi dari material kemasan adalah memperbaiki kualitas kemasan agar kualitas produk terjaga sampai masa kadaluwarsa yang telah ditentukan. Sedangkan untuk produk yang tidak dikonsumsi, faktor paling dominan dalam penentuan material kemasan adalah faktor estetika dan kemampuan mempertahankan fungsi produk agar tetap terjaga dengan baik. Pada tahap awal,  penentuan jenis material kemasan dilakukan berdasarkan pada analisa teoretis. Tahap selanjutnya adalah melakukan  evaluasi pada kondisi riil pada saat proses penyimpanan dan proses distribusi. Hasil evaluasi mencakup kualitas produk dan perubahan visual dari produk yang dikemas dengan melakukan perbandingan dari berbagai jenis material kemasan yang digunakan.

Desain Kemasan dan Atribut Kemasan

Kemasan berfungsi untuk  menjaga kualitas produk selama proses penyimpanan dan proses distribusi serta  sebagai sarana  marketing agar konsumen tertarik pada produk yang dikemasnya. Oleh karena itu, kemasan harus mempunyai desain menarik sehingga konsumen akan langsung mengenali produk dari warna dan desain kemasannya. Saat ini banyak  kemasan didesain dengan jumlah warna  lebih dari 6, bahkan  ada yang  dicetak dengan 7 – 9 warna. Tujuan kemasan didesain dengan banyak warna adalah agar menarik. Selain itu,  desain  kemasan dengan 7- 9 warna sangat sulit untuk dipalsukan.

Pemalsuan produk yang belakangan ini marak terjadi, sangat merugikan produsen dan konsumen. Untuk melindungi kepentingannya dan melindungi  hak konsumen, produsen selalu berusaha membuat kemasan dengan desain dan warna unik agar  tidak mudah dipalsukan. Pada desain kemasan wajib dicantumkan  atribut tertentu untuk  meningkatkan daya jual produk dan melindungi keamanan konsumen, seperti logo Halal dan kode MD untuk  makanan dan minuman produk lokal ataupun kode ML untuk produk makanan dan minuman yang diimpor. Sedangkan produk-produk elektronik, onderdil, perlengkapan komputer harus disertai  logo SNI agar konsumen dapat mengetahui barang yang dibelinya  sudah melalui tes uji kualitas  dari SNI. Pada kemasan makanan juga dicantumkan  informasi nutrisi sebagai acuan konsumen untuk  mengetahui  kandungan nutrisi  di dalam makanan maupun minuman yang dibelinya. Melalui kemasan, produsen berusaha memberikan informasi selengkap mungkin mengenai kondisi / cara  penyimpanan, penanganan produk dan hal-hal lain yang berkaitan dengan upaya menjaga  kualitas produk itu sendiri. Upaya-upaya itu dilakukan agar produk sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik.

Komposisi Material Kemasan

Bahan pembuat material kemasan didominasi oleh  bahan polymer dan  kertas. Bahan polymer banyak  digunakan untuk kemasan yang  langsung bersentuhan dengan produk karena lebih murah dan memiliki kualitas / sifat visual yang lebih baik dibandingkan kertas.

Material kemasan primer berbahan baku  polymer umumnya terbagi atas dua material utama dengan spesifikasi yang berbeda.  Salah satu material memiliki titik leleh tinggi (lebih dari 140 derajat Celsius) dan tegangan permukaan yang tinggi juga (lebih dari 35 dyne), sehingga material ini dapat dicetak dan dilaminasi dengan mudah. Sedangkan material lainnya adalah material perekat yang memiliki spesifikasi dengan titik leleh rendah (di bawah 120 derajat Celsius) dan  memiliki tegangan permukaan yang rendah (kurang dari 30 dyne). Banyak produsen menggunakan kombinasi material seperti itu  untuk mendapatkan kemasan yang mempunyai karakter khusus, seperti tidak tembus sinar UV, anti static dan  karakter-karakter lainnya. Untuk kemasan makanan, minuman dan obat-obatan harus menggunakan material polymer ”foodgrade” yang berarti  material tersebut tidak mengandung bahan daur ulang dan biasanya ditandai logo sendok dan garpu.

Jenis kemasan kertas terbagi dua,  yang  berbahan baku serat tumbuhan dan yang berbahan baku  kertas daur ulang. Jenis kemasan kertas  yang menggunakan bahan baku daur ulang biasanya digunakan untuk membuat carton box ataupun folding box. Sedangkan kemasan kertas berbahan baku  serat tumbuhan  biasanya digunakan untuk mengemas makanan yang memiliki  masa kadaluwarsa tidak lama, seperti  kemasan fast food yang banyak digunakan perusahaan waralaba. Oleh : Dipl.- Ing. (FH) Mochamad Rofik

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here