Oleh: Yulius Widi Nugroho, S.Sn, M.Si.
Akhir-akhir ini banyak yang membahas tentang revolusi industri yang sudah memasuki era 4.0, ketika teknologi komputer dan digitalisasi mulai menjadi bagian dalam segala aktivitas manusia. Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan munculnya superkomputer atau robot pintar yang diterapkan pada kehidupan sehari-hari manusia, dimana memungkinkan berbagai manufaktur terhubung secara digital, misalnya 3D printing, robotik, serta beragam jenis teknologi baru yang berhubungan dengan era digital.
Sekelumit sejarah tentang perkembangan teknologi yang mengubah dunia, diawali revolusi generasi pertama (Industri 1.0) ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh mesin. Salah satunya adalah kemunculan mesin uap pada abad ke-18. Revolusi ini berhasil meningkatkan perekonomian secara dramatis selama dua abad, dan setelah Revolusi Industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat. Berikutnya, revolusi industri generasi kedua ditandai dengan ditemukannya pembangkit tenaga listrik dan motor. Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan sebagainya. Kemudian disusul revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan teknologi digital dan internet. Pada revolusi industri generasi keempat hadir begitu cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan besar. Sejarah telah mencatat bahwa revolusi industri ini telah membuat perusahaan-perusahaan raksasa berguguran.
Sepertinya era revolusi industri 4.0 bukan lagi isapan jempol belaka, berbagai teknologi yang menjadi tanda dimulainya revolusi industri 4.0, sudah mulai diterapkan di berbagai bidang. Salah satunya artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang semakin berkembang saat ini. Bukan hanya untuk industri, AI juga dikembangkan untuk mempermudah kehidupan manusia di aspek lainnya. Terdapat empat teknologi lain yang menjadi penopang industri 4.0, yakni internet of things, human-machine interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi percetakan tiga dimensi (3D).
Sumber foto: www.manufacturing-matters.co.uk
Percetakan di Era Industri 4.0
Di era Industri 4.0 yang serba digital saat ini justru memberi kemudahan dalam industri percetakan dan printing. Menurut laporan IDC (International Data Corporation) pada tahun 2016, industri percetakan dan printing di seluruh dunia tetap terus berkembang dan diprediksi pada tahun 2020 mendatang, pertumbuhan industri percetakan dan printing bisa mencapai USD 47,2 miliar di seluruh dunia.
Industri akan selalu memerlukan kemampuan komputer yang lebih canggih karena tiga hal: efisiensi, fleksibilitas dan profitabilitas. Dengan teknologi pintar saat ini, memungkinkan untuk memprogram lebih dulu pencetakan yang sangat kompleks ke dalam lini produksi, memungkinkan penyelesaian sejumlah kecil desain dan spesifikasi produk yang berbeda secara berurutan tanpa gangguan dengan pengawasan yang lebih sedikit. Singkatnya, sebagian besar printer harus menjalani transformasi yang signifikan untuk mewujudkan manfaat penuh Industri 4.0 – tidak hanya dalam hal metode produksi, tetapi juga strategi dan kebijakan.
Dengan kepedulian lingkungan yang meningkat dari tahun ke tahun, bisnis percetakan mempertimbangkan biaya untuk penggunaan energi panas dan perawatan kimia untuk proses produk mereka. Pertimbangan penting lainnya, adalah meningkatnya kesenjangan keterampilan di mana kemajuan teknologi yang pesat telah menyebabkan berkurangnya SDM yang diperlukan untuk mengoperasikan mesin canggih. Biasanya solusi yang dilakukan adalah dengan menghilangkan kebutuhan para ahli di lapangan, memungkinkan produsen untuk menyederhanakan produksi. Untuk mengatasi permintaan yang meningkat dan untuk penyelesaian yang lebih kompleks seperti kemasan, membutuhkan pengelolaan data yang baik sebagai bagian dari proses produksi.
Khusus teknologi 3D Printing, hal ini yang luar biasa, karena menjadi pemecahan untuk produk-produk yang spesial dan spesifik dan tidak dijual di pasaran. Contohnya komponen khusus, tinggal digambar saja dengan komputer lalu di-print. Namun di pasaran, bahan untuk membangun objek tiga dimensi menggunakan mesin 3D Printing saat ini masih sebatas mencetak benda berbahan plastik. Tapi ke depan mesin terus dikembangkan hingga bisa membangun objek 3D dari bahan-bahan makanan.
Media Cetak
Media cetak saat ini jauh berbeda dibandingkan dengan yang lalu saat dunia sudah terkoneksi oleh teknologi internet, dan dampaknya sangat signifikan. Bahkan internet menjadikan tatanan kehidupan sosial di masyarakat berubah termasuk dalam perihal untuk mengetahui informasi. Jaman dahulu surat kabar menjadi salah satu primadona dan paling berpengaruh dalam penyebaran informasi di seluruh dunia. Namun, saat ini seiring berkembangnya era revolusi industri 4.0 tidak bisa dihindari bahwa digitalisasi media telah melanda seluruh dunia, bahkan beragam surat kabar memilih beralih dan mengembangkan produknya ke media digital.
Era digitalisasi media memang membawa perubahan besar dan masa depan media konvensional menjadi suram. Bahkan banyak yang memprediksi nasib media konvensional, dalam hal ini media cetak, hampir selesai. Pendapat itu tidaklah berlebihan karena menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2017 jumlah pengguna internet di Indonesia sekitar 143 juta dari jumlah penduduk indonesia yang berjumlah 262 juta penduduk. Ditambah dengan teknologi beragam alat/gadget komunikasi seperti laptop dan smartphone memiliki beragam fungsi bahkan menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi para pengguna internet. Melalui jaringan internet, konsumen lebih suka membaca berita atau informasi lewat gadget ketimbang harus membeli sebuah surat kabar atau tabloid. Selain itu ada penyebab-penyebab lain, yakni biaya produksi seperti membeli kertas, perawatan mesin cetak, listrik, hingga SDM yang membutuhkan biaya besar bila dibandingkan dengan omset yang jumlahnya semakin menurun seiring terjadinya digitalisasi media.
Walaupun demikian, media cetak akan tetap ada, menurut informasi yang ada lapisan masyarakat kalangan atas seperti pengusaha, pejabat dan lainnya cenderung menyukai kualitas penyajian informasi atau berita lewat media cetak. Media cetak dianggap lebih kredibel dan terpercaya untuk mendapatkan beragam informasi dibandingkan media digital yang kontennya rawan dengan informasi-informasi hoaks.
Jadi pada era Revolusi Industri 4.0 media konvensional akan tetap eksis dan melakukan perubahan serta berubah. Sebab dalam media konvensional dan media digital saat ini berjalan beriringan karena banyak media konvensional yang mengubah sajian ke bentuk digital. Hanya platformnya yang berubah, redaksi serta isi berita tetap sama dengan yang ada dalam media konvensional. Sehingga tanpa media konvensional dipastikan dunia akan kehilangan, karena media konvensional di masa depan masih akan tetap eksis berbarengan dengan era media digital.
Fotografi di Industri 4.0
Teknologi fotografi selalu memberi beberapa alat baru yang luar biasa untuk bekerja, seperti: kamera dengan noise rendah yang luar biasa, kemampuan cahaya rendah, lampu dengan kecepatan sinkronisasi dengan flash, lensa yang tajam, LCD layar sentuh yang indah untuk zoom dan memeriksa pada foto yang baru saja diambil. Semua hal itu adalah alat yang luar biasa tetapi juga membuatnya lebih mudah bagi banyak orang untuk terjun ke industri fotografi.
Industri 4.0 yang akan dihadapi membutuhkan kemampuan dan penguasaan teknologi yang mumpuni, namun dalam bidang keahlian fotografi aspek kreatifitas manusia dalam memanfaatkan teknologi masih dominan. Pemerintah terus menyusun Rancangan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (RKKNI) dan mengkaji Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Keahlian Fotografi mempertimbangkan aspek kreatifitas dan budaya Indonesia untuk menyambut perkembangan industri tersebut.
Menghadapi Revolusi Industri 4.0, pemerintah perlu menyiapkan daya saing tenaga kerja Indonesia. Manfaat SKKNI tersebut adalah kualitas tenaga kerja yang kompetitif dan relevan dengan kebutuhan industri, dan pada proses penyusunan harus melibatkan kalangan industri dan profesi serta dari pemerintah.
Pada skala umum, dunia fotografi terletak pada fotografer, dan bukan peralatan. Untuk bersaing dengan pasar yang kuat dan menuntut, fotografer harus memastikan peralatannya dengan teknologi mutakhir atau setidaknya relevan dalam genre fotografi yang digelutinya. Fotografi beradaptasi berdasarkan kemajuan teknologi saat ini, karena apa yang dulunya menjadi standar industri yang lalu, ke depan bisa tidak berlaku lagi.
Fotografi komersial selalu memungkinkan melibatkan pencetakan, memiliki kamera dengan jumlah megapiksel tertinggi adalah mutlak. Ketajaman juga penting, jadi pastikan lensa juga dilengkapi dengan kualitas lensa yang terbaik. Portofolio sangat penting dalam industri ini, memastikan fotografer dapat bekerja dengan baik harus menjadi salah satu perhatian utama. Karena industri ini selalu banyak fotografer baru yang mencoba masuk, sehingga dengan memiliki portofolio yang hebat akan membuat seorang fotografer bisa dianggap lebih unggul.
(Dari berbagai sumber) Salam Kreatif